Pabrik amonium nitrat dengan nilai investasi Rp 1,2 triliun resmi beroperasi di kawasan Kaltim Industrial Estate (KIE), Bontang, Kalimantan Timur. Pabrik ini dikelola dua perusahaan BUMN yakni PT Dahana melalui unit usahanya PT Dahana Investama Corp (PT DIC), bersama PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim). Adapun, peresmiannya dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis, (29/2/2024).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pabrik amonium nitrat ini akan meningkatkan produksi dalam negeri dan sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor material sejenis. Erick mengatakan, saat ini Indonesia masih harus mengimpor amonium nitrat sebanyak 21 persen dari kebutuhan nasional atau sekitar 120.000 ton. “Dan 79 persen (sekitar 460.000 ton) sudah produksi dalam negeri. Dari total kebutuhan dalam negeri sebesar 580.000 ton," ungkap Erick dalam keterangannya, Kamis (29/2/2024).
Tekan Impor, Pabrik Bahan Baku Pupuk Senilai Rp 1,2 Triliun Beroperasi di Bontang Pj Gubernur Kaltim Sebut Pabrik Bahan Baku di Bontang Kurangi Tetergantungan Impor Bahan Pupuk Jokowi Resmikan Pabrik Amonium Nitrat di Bontang, Kurangi Ketergantungan Impor Bahan Baku Pupuk
Jokowi Resmikan Pabrik Amonium Nitrat Bontang, Nilai Investasi Rp1.2 T, Tekan Impor Pupuk Nasional PT KAN di Bontang Kurangi ketergantungan Impor Bahan Baku Pupuk, Pemprov Kaltim Beri Dukungan Penuh Jokowi Resmikan Pabrik Amonium Nitrat di Bontang, Tekan Impor dan Langkah Hadapi Krisis Pangan
Sholawat allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad Arab Latin & Artinya "Dengan kapasitas produksi di pabrik ini sebesar 75.000 ton, tentunya akan mengurangi yang 21 persen (kebutuhan impor) itu,” sambungnya. Menurutnya, produk yang dihasilkan dari pabrik ini akan digunakan untuk memperkuat industri Pertahanan dan industri pupuk.
Oleh karena itu, kata Erick, dirinya memberikan masukan kepada Presiden agar memanfaatkan kesempatan kunjungan kerja ke Australia ke depan agar mendorong akuisisi fasilitas penghasil bahan baku amonium nitrat. Itu dibutuhkan, kata Erick, untuk menopang kebutuhan produks pupuk bersubsidi yang ditetapkan naik dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton. “Dan ke depan kami memperbaiki supply chain kami semoga nanti dalam perjalanan Bapak ke Australia, Bapak Presiden dapat mendorong akuisisi kita di beberapa negara untuk Phospat, yang ada di Australia dan Kanada," papar Erick.
"Kami perlu percepat. Karena memang dengan kita meningkatkan volume pupuk bersubsidi naik dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton, pasti dibutuhkan bahan baku yang lebih pasti ke depan,” pungkasnya. Sementara, Presiden Jokowi menegaskan, dunia saat ini sedang mengalami krisis pangan. Semua negara sangat berhati hati dengan pangan. “Dulu kalau kita impor yang namanya beras, gandum, begitu sangat mudahnya dicari. Sekarang 22 negara yang biasanya gampang kita minta. Sekarang pada ngerem, bahkan ada yang stop. Untuk bisa dibeli,” ujar Presiden.
Itu artinya, kata Presiden, pangan ke depan menjadi sangat penting sekali bagi semua negara. Dan keberadaan pupuk tentunya sangat krusial. “Dan produksi pangan kita membutuhkan yang namanya pupuk. Beberapa komponen pupuk kita masih harus impor sehingga kemandirian menjadi tidak kita miliki,” kata Joko Widodo. Oleh karena itu, menurut Presiden, dirinya sangat mengapresiasi dan menghargai upaya keras pembangunan industri ammonium nitrat ini.
Itu penting karena 21 persen ammonium yang dibutuhkan di Indonesia masih impor. "Kita senang pabrik ini selesai, nanti bisa menambah, bahan baku, pembuatan pupuk di tanah air, utamanya NPK dan kita harapkan dengan selesainya pembangunan industri KAN ini kemandirian dan produksi beras kita dibidang pangan menjadi lebih mandiri, berdikari, dan investasi yang kita tanamkan sekitar Rp1,2 triliun itu menghasilkan,” pungkas Jokowi.